Kamis, 30 Desember 2010

MENIKMATI KOPI BERSAMA PEREMPUAN KURNIAWAN JUNAEDHIE

Catatan: Dimas Arika Mihardja



APAKAH ada yang menarik dari secangkir kopi dan perempuan? Seorang penyair pilihan kita, Kurniawan Junaedhie (KJ) menerbitkan buku "Perempuan dalam Secangkir Kopi" (Kosakatakita, 2010) memuat 45 puisi yang ditulis kurun 2009 dan dilengkapi endorsmen dari Seno Gumira Ajidarma, Heru Emka,dan Ags. Arya Dwipayana. Hal yang menarik, "dua dunia", yakni dunia kopi dan dunia perempuan terpadu dalam sajian puisi-puisi liris-imajis yang menunjukkan kekuatan seorang KJ sebagai penyair yang telah memiliki tempat, sebab telah menemukan bahasa dan gaya ungkapnya sendiri. Meski, samar-samar dapat dilacak jejak gaya Sapardi Djoko Damono dalam hal permainan diksi dan imaji di dalam puisi-puisinya.



Setiap penyair dalam proses kreatif penciptaan puisi melakukan upaya merekonstruksi pengalaman ke dalam teks yang puitis, imajis, naratif, ekspresif, dan prismatis. Piranti kebahasaan oleh KJ dimaksimalkan untuk mengungkap sensasi puitis kedalam puisi-puisi imaajis--menawarkan aneka imaji yang menumpukan daya kreasinya pada aneka daya bayang yang meruangkan aneka bayang di ruang imaji para pembacanya. Dalam puisi yang paling diandalkan oleh KJ dan dijadikan judul buku, aneka imaji (imaji visual, imaji auditif, imaji rabaan, imaji cecapan, dan lain-lain imaji) dapat sampai ke ruang psikologis pembaca. Kita cicipi dan kita nikmati kopi bersama perempuan di dalam kutipan lengkap berikut ini.



Perempuan dalam Secangkir Kopi

-Saat ngopi bersama Kurnia Effendi & Tina ketika ultah Endah Sulwesi di Jl. Sabang





Perempuan itu hilang dari rumahnya. Meninggalkan dua anaknya

yang sedang melukis pemandangan: gunung dan matahari. Ia

terbang dan masuk ke dalam sebuah cangkir di kafe di meja dekat

seorang pria yang sejak tadi asyik bermain laptopnya. Adakah yang

lebih berarti daripada hidup di dalam cairan? Ia berenangan di

dalamnya, dan karena iseng ia lalu menyumbulkan kepala dan

memainkan matanya ke arah pria di sampingnya. Si pria terpana. Ia

ikut mengerlingkan mata.Sangat sexy,menurut mata pria itu. Ada

perempuan dalam cangkir, gumamnya. Tanpa disadari tangannya

memain-mainkan sendoknya. Perempuan itu lalu menyelam lebih

dalam ke lubuk kopi.



Jakarta, 2009



Apa yang segera ditangkap oleh pembaca usai menyimak puisi ini? Pembaca disuguhi sensasi imaji yang mengalir dan mencair di dalam rancangbangu cerita. Hal ini dapat dimengerti dan dipagami sebab KJ juga dikenal sebagai penulis prosa, penulis berita, dan penulis aneka kreasi. Potensi naratif-imajinatif yang dieksplorasi pada puisi ini tentu saja memanjakan ruang imajinasi pembaca sembari asyik menyusuri jalan cerita. Puisi yang tergolong naratif-imajis ini dapat dirunut pada puisi-puisi yang digubah oleh Sapardi Djoko Damono pada sebagaian besar puisi-puisinya. Saya tak hendak mengatakan KJ mengikuti gaya SDD. Hal yang ingin saya katakan ialah bahwa KJ telah memilih cara dan gaya ungkap pilihannya sendiri. KJ tak perlu dibandingkan dengan puisi-puisi karya SDD, meski perbandingan karya dalam konteks hipogramdan interteks terkadang diperlukan juga untuk bisa memahami karya dengan lebih baik.



Pada puisi yang dikutip itu tampak jelas bagaimana KJ mengolah diksi dan imaji untuk melukiskan secara lebih hidup "kisah" perempuan dalam secangkir kopi. Secangkir kopi, bagi orang yang biasa mereguk kopi, telah memungkinkan tumbuh berkembang aneka bayang yang mengasyikkan. Pada sisi lain, sosok "perempuan" bagi kebanyakan penyair selalu saja merangsang imajinasi yang luar biasa. KJ seperti penyair besar lainnya, misalnya Chairil Anwar yang "jatuh hati" pada Ida, Sutardji Calzoum Bachri yang terpukau pada sosok Alina, dan penyair lain mungkin menghadirkan Sephia, Yessika, Selia, Laila dan seterusnya.



Kopi dan sosok perempuan, keduanya memang inspiring--menumbuhkan inspirasi yang tak pernah ada habisnya untuk dieksplorasi. Haal yang dahsyat, sebuah puisi yang didedikasikan buat SA (mungkin Susy Ayu) dengan judul Perempuan dalam Secangkir Kopi (2) dapat kita nikmati berikut ini.



Perempuan dalam Secangkir Kopi (2)

SA



Aku ingin sekali bisa mengapung sembari berenangan di dalam

kopimu. Kubayangkan, betapa nikmatnya hidup dipermainkan air

yang gelap dan pahit sambil digncang-guncang oleh sendokmu.

Aku akan menukik,menyelam dan menggapai tanganmu lalu

sesekali, sambilm berkecipakan di dalam air yang hangat itu aku akan

mencium bibirmu di pinggir cangkir. Tak ada yang bisa cemburu.

Juga air ludah dan lendir di mulutmu.



Aku suka caramu memasukkan gula pasir ke cangkir dan

menyedunya dengan air. Aku suka caramu membaui kehangatan air

kopi dan caramu mencecap dengan lidahmu. Kamu paling akan

bertanya, sejak kapan kamu suka berenang? Aku akan menjawab,

sejak kamu menjerng air, dan menuangkannya ke dalam

termos. Di tengah hidup yang pahit, aku senang menyelam ke

dalam kopi bersama seorang perempuan yang hangat. Tak ada yang

bisa cemburu.Juga sendok dan piring kecil dekat cangkirmu.





Olala, Bintaro. Okt. 2009



KJ dalam buku ini secara tematis memang menyajikan sosok perempuan. Perempuan di dalam puisi KJ bisa menjelma sebagai istri, si dia, pacar, MM, Medy Loekito, Rita Oentoro, Anny Djati W, Ariana Pegg, Yo Sugianto, Monalisa, Ahtia, Si Dia Si Penggoda, Dara, Ibu, Ibunda, Pradnyaparamita, dan sosok-sosok lain yang hadir secara imajinatif. Ada puisi yang didedikasikan buat lelaki, misalnya untuk Ayahanda ("Sebatang Pohon yang Rindang") dan Lazuardi Adi Sage ("Rest in Peace"), atau Kurnia Effendi (disebut sebagai subtitel "Perempuan dalam Secangkir Kopi").



Kopi dan perempuan bisa berpadu memberikan sentuhan kehangatan. Usai membaca dan menikmati puisi-puisi KJ dalam buku ini,kehangatanlah yang terasa. Cinta yang hangat.Kasih yang hangat. Persahabatan yang hangat. Rasa hormat yang juga hangat. Demikianlah nukilan sebagian puisi di dalam buku ini. Pembaca lainnya, kiranya lebih asyik membaca sendiri sembari menikmati hangatnya kopi. Selamat kepada mas KJ yang telah turut mewrnai jagad perpuisian Indonesia dengan karya yang diungkapkan dengan bahasa "yang baik dan benar" menurut kaidah penulisan. Puisi KJ layak dijadikan referensi bagi siapapun yang memerlukan ruang naratif-imajinatif yang menghangatkan. Demikian, salam DAM damai senantiasa.



Jambi, 27 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar