Jumat, 17 Desember 2010

Filosofi Matahari
oleh Ridwan Budiman pada 05 Desember 2010 jam 18:30

(Inspired by Azmy Basyarahil)



Bumi dan porosnya selalu berputar

Planet lain pun juga demikian

Tapi, mengapa matahari senantiasa tidak bergerak

Apakah karena dia tak memiliki asa?

Atau memang karena dia sumber cahaya?



Begitulah Tuhan mengajarkan kepada setiap hambanya. Melalui fenomena alam, Ia ajarkan manusia, tanpa merasa sedang diajarkan. Melalui setiap gerakan alam, Ia perlihatkan betapa yang bergerak selalu saja berporos pada satu titik. Maka, hakikat dari gerakan sesungguhnya adalah putaran karena kita hidup dalam siklus yang senantiasa ada yang mengatur. Dan yang mengatur itu adalah Alloh SWT, Tuhan Semesta Alam.



Maka, jika memang matahari adalah sumber cahaya, maka dialah yang disebut bintang. Oleh karena itu, siapapun yang merasa dirinya adalah bintang, hendaknya dialah meniru atau memahami filosofi Matahari. Tapi, jika anda tidak mampu memahami filosofi Matahari serta makna dibalik kehadirannya di jagat raya ini, jangan sesekali anda merasa menjadi bintang. Apalagi mengaku-ngaku sebagai bintang.



Karena matahari adalah bintang, dan setiap planet-planet berputar mengelilingi matahari, maka siapa sesungguhnya yang sedang mencari cahaya? Mencari petunjuk karena derasnya gerakan putaran harian, seringnya melahirkan kelemahan jiwa. Dan kelemahan jiwa tersebut hanya bisa diobati kalau kita, sebagai manusia, mendekati sumber cahaya. Maka, prinsipnya, yang sering bergerak – apakah itu berputar, bergeser, atau yang lainnya – dialah yang akan senantiasa mengalami kejumudan jiwa dan sesaknya pikiran. Siapapun dia, baik itu seorang presiden atau rakyat jelata sekali pun pasti mengalami hal itu.





Itulah bintang yang sering kita sebut sebagai matahari. Meskipun, malam menutupinya, tapi dia senantiasa tegar untuk selalu menerangi bumi ini. Lihatlah ketika malam menyelimuti di salah satu belahan bumi, bintang akan selalu menerangi di belahan sisi yang lain. Ia tak tidur apalagi lelah. Sampai Tuhan tidak menidurkannya, ia tak akan tidur hingga kiamat sudah datang menyapanya. Ia diam tak bergerak, tapi bukan berarti ia tak mendobrak. Karena dengan cahaya panasnya, ia mendobrak segala hati-hati angkuh manusia. Karena itulah salah satu fungsi penting matahari. Maka, wajar jika Tuhan mengabadikan matahari dengan menyebutnya dalam salah satu firman-Nya, ”wassyamsi wad dhuhahaa.. ”



Maka, jika dirimu ingin naik mengangkasa menjadi bintang di langit, teruslah bergerak tapi jangan lupa untuk menjadikan gerakanmu bersumber pada satu cahaya. Jadikanlah dirimu seperti planit-planit yang bergerak bukan karena ingin dipandang hebat oleh planit lainnya, tapi karena ingin menuju sumber cahaya. Dari satu bintang yang tak pernah padam di makan zaman. Bintang sumber cahaya tersebut adalah Alloh SWT, Tuhan Semesta Alam.





"Semuanya serba berputar dalam poros universal tanpa pernah ada akhir

Namun, mengapa dalam putaran demi putaran itu, banyak sekali kesalahan yang terus berulang??

Padahal putaran itu Ia gerakkan agar manusia dan alam semesta dapat mendekati kesempurnaan.

Lalu, jika pada akhirnya kita telah sampai pada titik akhir dalam riak putaran, dan kemudian Tuhan menarik diri kita dari alam dunia, apakah kita telah menjadi manusia paripurna dengan memanfaatkan pembelajaran yang dapatdiekstraksi dalam setiap putaran kehidupan?

Apakah diri kita akan diterima, seperti bumi menerima daun yang berguguran setiap musimnya?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar