Senin, 17 Januari 2011

Jadilah Seteguh Pohon


Saat itu di tengah perjalanan pulang menuju perkampungan, seorang ayah dengan anak lelakinya yang berumur 7 tahun berjalan menelusuri jalan setapak ke arah kampung tempat mereka tinggal. Matahari kian memerah dan kumandang adzan magrib akan segera bergema di angkasa raya. Siring dengan berjalannya waktu dan langkah perhatian sang ayah tak lepas dari tingkah laku anak lelaki kesayangannya itu, kasih sayang antara mereka berdua menambah hangatnya petang yang tentram ini. Tak lama kemudian sang ayah berkata

“nak, kamu lihat pohon itu” kata ayah sambil menunjukan telunjuknya ke arah sebuah pohon.

“Hm lihat yah” itu kan pohon karet yang di tanam pak Somat satu tahun yang lalu bukan?” jawab sang anak dengan yakin.

“Wah pintar anak ayah, kalau pohon yang ada di pinggir jurang itu adik lihat?” tanya sang ayah kembali.

“Iya yah… pohonnya miring tapi tetap lurus keatas, pohon yang aneh ha..ha..ha…” sang anak tertawa riang dan disambut senyum sang ayah yang bersahaja.

“ayah… memangnya ada apa dengan pohon-pohon tadi? Tidak ada yang aneh atau pun luar biasa, mereka itu hanya sebatang pohon yang sering kita ambil kayunya untuk memasak. Apalagi kalau ibu yang nyuruh adik, ya….dahan-dahan pohon inilah yang adik ambil sebagai kayu bakar”.

Ayah terdiam sebentar dan mengangkat anaknya ke atas pungung… tak lama kemudian sang ayah tersenyum dan berkata.

“anak ayah yang ayah sayangi.. coba adik perhatikan semua pohon yang ada disekitar kita. Semuanya tumbuh menuju ke atas bukan? Bagaimana pun tinggi rendahnya tanah tempat pohon-pohon itu berdiri ia selalu tumbuh lurus ke atas. Meskipun di pinggir jurang yang miring dan terjal pohon-pohon itu akan tetap tumbuh lurus ke atas. Nah….kita sebagai manusia patut mengambil hikmah atas hal ini dik, keteguhan, … itu dia dik, keteguhan, kita harus lebih teguh dari pada teguhnya pohon yang terus tumbuh kearah atas. Suatu saat kalau adik sudah besar nanti akan banyak sekali masalah-masalah yang harus adik hadapi dan masalah itu akan menguncang hati adik untuk berbuat yag tidak benar,saat itulah keteguhan adik diuji. Adik harus kuat ya… walaupun ayah nanti pergi berjumpa Allah adik harus jaga keteguhan adik ya. Dan jaga ibu. Jaga hati adik tetap bersih”

“Hmmm adik mau jadi seperti ayah…. huammh” jawab adik sambil menguap dan sedikit tertidur.

“iya anakku, tidurlah… tidurlah dipunggung ayah sebentar lagi kita tiba di rumah dan ayah berharap adik nanti meneladani rasul yang ayah teladani”. Ucap sang ayah lembut sambil memasuki gerbang desa mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar