Jumat, 25 Februari 2011

Blog, Kopi, dan Ingatan-ingatan

Ibarat awan tebal menunggu hujan. Tentu tak bisa diganggu apalagi dihentikan untuk tidak turun hujan—jika tidak ingin kilat melesat dan membuncah di tengah langit yang gelap seperti itu. Awan adalah kebanggan dan sekaligus cita-cita bagi hujan yang hendak turun untuk bumi. Begitu juga, kiranya, keinginan saya melanjtukan kesukaan sebagai blogger—menuliskan kegelisahan demi kegelisahan, dan pikiran-pikiran yang bahkan berseberangan. Saya seperti hujan itu, saat ini, yang hendak melahirkan dan melejutkan sekian “nafsu” menulis.

Dahulu, saya sempat mengasuh blog demi blog—untuk pikiran-pikiran kecil saya—ada blogspot, multiply, dan wordpress. Tapi kesemuanya menguap begitu saja dan tak terurus. Teman-teman, sebagian, ada yang mengingatkan agar mengurus blog tersebut. Tapi karena beberapa hal, saya lalai mengasuhnya. Dan akhirnya menjadi kenangan!इएस

Saya sering ngeblog di tengah genangan kopi di gelas, atau teh manis yang sabar menemani hingga dingin sekalipun. Karena kopi, atau entah kenapa, seorang penulis kerap kali melanjutkan pengembaraannya, tekun menuliskan pikiran-pikirannya. Dan tak jarang dari mereka menjadi karya besar yang diamini banyak orang. Saya hanya berharap, meski nanti tak ada kopi atau teh, pikiran saya bisa terus lahir dan menuliskannya sendiri—seberat apapun itu!

Sekarang, saya ingin menjaga ruang kecil ini, merawatnya dengan kesabaran dan ketekunan. Kisah-kisah perjalanan dan semua perspektif terhadap apapun yang saya baca akan menjadi bagian dari bunga rampai di sini, menjadi rampai bagi buah pikiran saya sendiri.

Saya tidak ingin sekali tulisan-tulisan saya dipuja hanya karena mentereng dan dipublikasikan di media yang bisa diakses mudah oleh masyarakat umum. Sementara tulisan-tulisan tersebut hanya berumur sekedar, dan bahkan temporal. Habis itu mati tak terlihat juntrungnya. Saya ingin jika suatu nanti, narasi kecil di balik bunga rampai pikiran ini terus lahir dengan sabar dan menuliskan kisahnya sendiri secara tenang dan bersahaja.

Sebagai bagian dari sebuah negeri yang besar, Indonesia, sebagai pemuda yang masih dibangga-banggakan oleh negeri ini, tak akan salah jika saya dan semua kawan-kawan menjadi bagian yang kreatif dalam melahirkan pemikiran-pemikiran positif bagi bangsa dan negara ke depan.

Akhirnya, di tengah bala bencana yang terus tak henti menerjang Indonesia, saya tetap ingin sekali mengucap bismillah, demi kedamaian negeri saya, dan kekuatan pikiran dan sikap yang dipunyainya ke depan.

Bismillah… mari kita menjadi bagian yang kreatif untuk bangsa dan negara ini…
Bernando J. Sujibt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar