Kamis, 04 November 2010

NARASI PASUJUDAN
oleh Aguk Irawan Mn pada 31 Oktober 2010 jam 8:46

-Untuk Mbah Maridjan



Sumber: Kedaulatan Rakyat, 31 Oktober 2010



Di beludru keremangan langit

saat tepat adzan magrib

waktu seperti sudah kau pilih sendiri

taqdir seperti apa yang kau janjikan:

ini lereng merapi

di sini aku mengambil rempah bumi

juga mati!



dan kau bilang lagi:

aku ikut sukmaku!

kerak batu dan debu

telah menjadi lagu rindu

saban hari di rumahku

tak bisa aku berpisah



sambil melintasi gemuruh waktu

aku mengurai riwayatmu yang sunyi itu

seperti seorang salik mengeja ayat rubbubiyat:

alif-ba-ta sambil

menelusup jauh ke ruang batin

aku ingin

aku iri

mereguk cinta

sepertimu dalam

kekal sujud!



doamu seperti asap putih itu

memuliakan pucukpucuk dedaunan

menembus batas langit

mereguk haus

kesunyianku



sehabis tanahair batu tumpah

tak usah kau cemas sehabis ini

sebab sebentar lagi

burungburung pun bersolek kembali

pada tanah yang hambur subur ini



sudah, pergilah mbah!

kau adalah kenangan sendiri

yang tak bakal pergi dari dadaku:

harum aromamu!



Jogya-Tanjungpinang, 29 Oktober 2010



GURU



Dalam keheninganku

diamdiam aku sering luruh

dengan denyut jantungmu

seperti angin diamdiam

aku sering menjadi daun



kau ajarkan aku arti amanah

seluas jagat raya, lebih luas

dari sukma, dari bahasa prosa

atau makna indahnya surga



kau tanamkan aku, dimana hati

mesti bisa menyembunyikan isi

kemudian meretas menjadi nyata

juga katakata dan pengharapan



peluklah hujan, rebahkan tubuhmu

agar kau menyatu dengan bumi

katamu, di suatu pagi saat

menyaksikan berita di televisi

para wakil kita tak setia

dengan tangis rakyatnya



Jogya-Tanjungpinang, 29 Oktober 2010





SEBUAH HARAPAN



Aku ingin kau ada berjuta

jutajuta sesaki indonesia



sehingga tanahair tumpah

tanahairdarah tanahairmata



tempat berbakti

tempat menanti

sampai mati



bungabunga yang mekar

langit yang bening

tanpa dusta dan tipudaya



Tanjungpinang, 29 Oktober 2010



*Aguk Irawan MN, salah seorang murid Mbah Maridjan dan Penulis Gareng Berkerjaan Gunung Merapi di buku "Sang Pemberani", Penerbit Koekoesan, Jakarta 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar