Senin, 14 Februari 2011

ia setiadi berkata
20 April 2009 pada 08:03

Menyenangkan bercengkrama dengan teman-teman. dan mencerahkan.Terima kasih pelbagai masukannya.

Sudah lama saya ingin menulis tentang krishnamurti. belum kesampaian juga hingga kini. Dialah pemikir yang mula-mula menyadarkan saya tentang keindahan hal-hal yang remeh-temah: kedalaman selembar daun, ketabahan seekor lebah, komposisi suara cicak dengan hujan dan angin, atau suara tangis si kecil saat pagi baru membuka.Di antara berjibun silang sengkarut persoalan di bumi kita yang sedih ini, rupanya ada yang berdiri kukuh di luar waktu.Jasadnya pernah menyisip di tengah-tengah dunia, tapi keheningannya tak terusik.Saya ingat kalimat novelis Henry James di belakang buku ON Fear karya Krishnamurti: dia berdiri di luar waktu. Dan dia berdiri di sana sendirian. Saya kira Henry James benar.

Krishnamurti biasa berbicara di hadapan siapa saja, di kalangan para fisuf, di antara kaum agamawan, bersama ibu-ibu pekerja, bahkan berfilsafat bersama anak-anak.
jauh sekai dari kesan elitis.
Dia memang penerbang yang menjelajah melampaui ketinggian angkasa pengetahuan, juga penyelam bawah laut mutiara kearifan yang matanya tajam bagai mata elang. tapi dia juga pejalan biasa,yang santai dan kadang berkelakar (meski agak jarang), yang sering iseng-iseng menimang dedaunan dan kekembangan.

Dia selalu menampik disebut Guru, dia selalu menampik setiap penghormatan berlebih.Dia menampik segala otoritas dan menghendaki setiap diri untuk bebas, lepas, sendiri.
Tak pernah dia mengaku diri santo, bahkan acap dia mencemooh dirinya sendiri, mentertawakan dirinya sendiri.
Dia selalu memanggil orang-orang disekitarnya sebagai sesama pejalan.

Saya selalu merasa ringan dan penuh saat duduk bersamanya di tepi laut. Atau tatkala berjalan mendaki undakan-undakan bukit saat surya surup.
Saat keheningan bergemuruh….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar