Kamis, 16 Desember 2010

ANJUNG CAHAYA
oleh Dimas Arika Mihardja pada 03 November 2010 jam 20:20

ANJUNG CAHAYA



senja berlabuh saat pendar cahaya matamu berkilau

angin menderas mengeja kibaran jilbab

dan aku menulis gurindam anjung cahaya:



deknong, jika huruf hidup dan huruf mati bertaut

terbaca 99 nama harum bunga



diha, jika japamantra purba telah kaucecap

kuucap cahaya langit yang wingit di atas gondosuli



dimas, jika benar binar mata penamu

asah dan asuhlah dahaga mencinta



suryatati, jika memang benar binar anjung cahaya

tersenyumlah lagi seperti puisi dini hari



teja alhabd sang kejora, jika memang benar kabar samar itu

samarkan saja segala yang di balik gejala



tarmizi, jika benar rumah hitam itu merinduku

kelak ada sajak yang berbisik tentang rumah cinta



isbedy stiawan, jika benar ini marwah melayu

jangan biarkan semuanya menjadi layu



abdul kadir ibrahim, jika benar laut itu tawar

tawarkan lagi rasa terdalam di dada mencinta



tan lioe ie, jika benar hidup itu serupa musik

nyanyikan lagi puisi dengan harmoni paling sunyi



dino umahuk, jika benar laut membuat mabuk

siapkan sebuah kesadaran untuk berbagi pencerahan



sofyan daud, jika benar ada jejak arus

mari bersama mengenal berbagai arus



nanang suryadi, jika benar ini sebatas ruang maya

jangan jadikan puisi mayat peradaban



budi darma, jika benar olenka tak oleng di arus

lahirkan lagi rafilus dan orang-orang bloomington



sapardi djoko damono, jika benar tujuh rekomendasi tsi

muarakan lagi suara melayu dalam lagu penuh haru



arif bagus prasetya, jika benar kritik telah mati

jangan biarkan engkau mati oleh peserta diskusi



binhad nurrohmad, jika kuda ranjang naik panggung

aku melihat surai rambut tergerai menutup dahi



afrizal malna, jika abad berlari tinggalkan kita sendiri

kukira nyeri akan terus menyileti dan tak bisa dibagi



saut situmorang, jika laut mengombak dan menggelegak

kukira rambutmu akan semakin lebat tergerai badai



raudal tanjung banua, jika padang perburuan ditinggalkan

jogja akan menyimpan magma merapi di dadamu









bengkel puisi swadaya mandiri, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar