KOLABORASI PUISI MUH RAIN-DAM: RAPOT AKHIR TAHUN
oleh Dimas Arika Mihardja pada 17 Desember 2010 jam 7:31
KOLABORASI PUISI MUH RAIN-DAM: RAPOR AKHIR TAHUN
Dalam status hari ini DAM menulis: ANAK-ANAK SEKOLAH TERIMA RAPORT, apakah anda juga menerima raport dalam kehidupan? Muh Rain merespon status itu dengan puisi yang apik berikut ini.
RAPOT KATA
: Dimas Arika Mihardja
telah menunaikan ujian demi ujian
kata tak lagi suka dibesuk sunyi
ia hadapi ia terima
segala coretan merah di bibir memerah
sembab mata kata biarlah
mungkin tak akan lama mereda
di rapot yang tak membuat repot penulisnya
kata berubah angka
menjalani kehidupannya
warna tak biru hitam semata
ada yang menyembunyikan angka
tetapi kata-kata meluncur terus
menguraikan derita dan bahagia ke mana-mana
kata menunai makna
angka tak dapat menanam nilai
di bawah rapot bertuliskan
semoga hari esok kata lebih baik
tapi diam-diam angka memerah mata
belum cukup menggenapkan luka
terlipat masa dan selera
rapot membantu mendalami makna luka
untuk bahagia selanjutnya.
sajak ini bukan sogokan agar nilai saya dapat dipertimbangkan lagi
RAPOT AKHIR TAHUN
: buat Muh Rain
tak lelah kubirukan angkaangka raaport hidup ini
tetapi selalu saja jemarimu menumpahkan tinta merah
hingga cinta pun meremah
sepanjang tahun aku belajar mengeja kata "cinta"
dan "sayang semuanya'. sayang engkau menuduhku selingkuh
dengan yessika; di hadapan Tuan Guru, aku tak bisa berpura manis di lidah
berupaya menjanjungpuja penuh damba
Tuan Guru diam saja di depan kelas
pandang matanya bicara tentang Cahaya
dan aneka bahaya di depan mata
"duhai, hamba lalai di pagi hari
lengah di tengah hari
dan senja menutup piintu dan jendela
hingga dada sesak oleh isak"
Tuan Guru masih diam dengan Cintanya
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar