Kamis, 16 Desember 2010

KOLABORASI PUISI MUH RAIN-DAM: RAPOT AKHIR TAHUN
oleh Dimas Arika Mihardja pada 17 Desember 2010 jam 7:31

KOLABORASI PUISI MUH RAIN-DAM: RAPOR AKHIR TAHUN



Dalam status hari ini DAM menulis: ANAK-ANAK SEKOLAH TERIMA RAPORT, apakah anda juga menerima raport dalam kehidupan? Muh Rain merespon status itu dengan puisi yang apik berikut ini.



RAPOT KATA



: Dimas Arika Mihardja



telah menunaikan ujian demi ujian

kata tak lagi suka dibesuk sunyi

ia hadapi ia terima

segala coretan merah di bibir memerah

sembab mata kata biarlah

mungkin tak akan lama mereda



di rapot yang tak membuat repot penulisnya

kata berubah angka

menjalani kehidupannya

warna tak biru hitam semata



ada yang menyembunyikan angka

tetapi kata-kata meluncur terus

menguraikan derita dan bahagia ke mana-mana



kata menunai makna

angka tak dapat menanam nilai

di bawah rapot bertuliskan

semoga hari esok kata lebih baik



tapi diam-diam angka memerah mata

belum cukup menggenapkan luka

terlipat masa dan selera

rapot membantu mendalami makna luka

untuk bahagia selanjutnya.



sajak ini bukan sogokan agar nilai saya dapat dipertimbangkan lagi



RAPOT AKHIR TAHUN

: buat Muh Rain



tak lelah kubirukan angkaangka raaport hidup ini

tetapi selalu saja jemarimu menumpahkan tinta merah

hingga cinta pun meremah



sepanjang tahun aku belajar mengeja kata "cinta"

dan "sayang semuanya'. sayang engkau menuduhku selingkuh

dengan yessika; di hadapan Tuan Guru, aku tak bisa berpura manis di lidah

berupaya menjanjungpuja penuh damba



Tuan Guru diam saja di depan kelas

pandang matanya bicara tentang Cahaya

dan aneka bahaya di depan mata

"duhai, hamba lalai di pagi hari

lengah di tengah hari

dan senja menutup piintu dan jendela

hingga dada sesak oleh isak"



Tuan Guru masih diam dengan Cintanya





bengkel puisi swadaya mandiri, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar